
Minggu kemarin adalah bagian akhir dari acara turun sungai memotret sampah yang dilakukan gerombolan "tanpa nama" ini. Tuntas sudah urusan potret-memotret lokasi sampah. Tinggal bulan depan, Insya Allah gerombolan kami akan langsung turun sungai memulung sampahnya. Terasa panjang dan melelahkan rasanya melakukan hal ini. Untunglah dalam beberapa minggu belakangan, semangat kami semakin terpompa berkat banyaknya hal2 yang kami temui di sepanjang Ciliwung. Kami melihat Ciliwung yang bersih di sekitar Katulampa. Kami pun melihat Ciliwung penuh sampah di sepanjang pemukiman. Tumpukan sampah ternyata tak mengenal tingkat perekonomian warga, contohnya pemukiman kumuh punya kecenderungan sama dengan perumahan kelas menengah ke atas dalam hal membuang sampah ke kali. Bantaran Ciliwung telah banyak yang tidak menjadi tempat publik, namun "ditutup" dan dimiliki oleh perorangan dan tembok industri. Sebagian besar tempat pengumpulan sampah berada di tepian sungai ... jangan2 biar gampang membuangnya ke sungai? Ibu2 yang mencuci pakaian, pemulung plastik yang rajin berlompatan diantara batu2, anak2 kecil yang mandi dengan riang gembira, hingga para pemancing yang masih juga sabar menunggu umpannya dimakan ikan, dsb dsb.

Kami juga melintas jembatan bambu yang dibuat hanya dengan ikatan2 tali plastik sederhana. Sebelumnya kami kira jembatan bambu seperti ini hanya ada di kampung2 yang jauh letaknya dari kota. Kami kira di sekitar Bogor sulit sekali menemukan jembatan seperti ini, kecuali jembatan beton atau jembatan gantung. Ternyata jembatan itu masih ada, bahkan melintasi lebarnya sungai Ciliwung. Kekaguman yang sama juga kami rasakan saat menjumpai sawah yang lumayan luas tepat di tepi sungai Ciliwung.

Ini semua seperti gambaran cerita soal Tjiliwoeng Tempo Doeloe!
0 Response to "Susur Ciliwung ... asik"